Sejarah Dan Perkembangan Piringan Hitam
Pada tahun 1930, RCA Victor meluncurkan
komersial vinil. catatan long-playing pertama, dipasarkan sebagai "Program
Transkripsi" cakram. Cakram
ini revolusioner yang dirancang untuk pemutaran di 33 ⅓ rpm dan ditekan pada
12" diameter disc plastik fleksibel. Dalam buku Roland Gelatt ini “The
Fabulous phonograph”, penulis mencatat bahwa pengenalan awal RCA Victor disc
long-play adalah kegagalan komersial untuk beberapa alasan seperti kurang terjangkau, peralatan
pemutaran konsumen yang handal dan kewaspadaan konsumen selama depresi besar.
Dimulai pada tahun 1939, Columbia Records
melanjutkan pengembangan teknologi ini. Dr
Peter Goldmark dan stafnya melakukan usaha maksimal untuk mengatasi masalah
merekam dan memutar ulang alur sempit dan mengembangkan murah, sistem pemutaran
konsumen yang dapat diandalkan.
Pada
tahun 1948 piringan hitam mulai dikenal. Ada tiga ukuran piringan hitam dalam
hitungan rpm (rotation per minute) yaitu 78, 45, 33 1/3. Piringan hitam
78 dan 45 untuk plat berdiameter 25 cm, sedangkan 33 1/3 untuk plat berdiameter
30 cm. 78, 45, 33 1/3 rpm maksudnya adalah, setiap satu menit piringan hitam
itu berputar sebanyak angka yang menjadi ukurannya (78, 45, 33 1/3). Semakin
besar diameter platnya, semakin kecil ukuran untuk memutarnya.
Belakangan
kecepatan 78 mulai tidak digunakan lagi pada produksi piringan hitam ini sejak
sekitar tahun 60an dan hanya kecepatan 45 dan 33 1/3 saja yang masih digunakan
untuk memutarnya. Plat berukuran 30 cm dengan kecepatan 33 1/3 yang biasa
disebut Long Play (disingkat LP), plat ukuran sedang 25 cm juga dengan
kecepatan 33 1/3 masih termasuk Long Play tapi biasanya berisi 4 buah lagu di
tiap sisinya, plat ukuran 18 cm dengan kecepatan 45 atau 33 1/3 juga, berisi 1
buah lagu di tiap sisinya disebut Single Player dan yang berisi 2 buah lagu di
tiap sisinya disebut Extended Player.
Para
musisi pada tahun 1950-1970an pun banyak yang merekam lagu-lagu mereka ke dalam
piringan hitam. Namun biasanya mereka hanya merekam single saja
kedalam piringan hitam yang berukuran 78 atau 45. Jadi kebanyakan hanya
terdapat dua lagu, masing-masing satu lagu di side A dan side B.
Hal itu dikarenakan pada masa itu biaya untuk merekam lagu terbilang mahal,
lagipula seorang penyanyi atau sebuah grup musik biasanya hanya mempunyai satu
atau dua lagu yang terkenal, maka dari itu mereka lebih memilih membuat single.
Jadi kalaupun mereka membuat album, album hanya bisa direkam di piringan hitam
berukuran 33 1/3, biasanya sisa lagu yang lain yang selain single hanya filler.
Di
Indonesia sendiri, piringan hitam mulai digunakan sebagai alat perekam sekitar
tahun 1957. Pada masa itu di Indonesia, piringan hitam termasuk mahal, ditambah
lagi dengan alat pemutarnya, jadi tidak semua orang di Indonesia memilikinya.
Itulah salah satu faktor yang menyebabkan piringan hitam kurang terkenal di
Indonesia.
Pembuatan Piringan Hitam
LANGKAH 1. CREATING MASTER DISC
Pertama-tama master disk harus dibuat
dari disk melingkar datar, terbuat dari aluminium yang telah diampelas dan
dipoles halus, tahap ini memberikan inti dari master disk.
Berikutnya disk dijalankan melalui mesin
yang terdapat veneer lacquer, diamkan sampai mengering agar permukaan halus
sempurna. Hal ini penting pada tahap ini, disc dipernis mengurangi
ketidaksempurnaan seperti lubang, benjolan atau kotoran, dan setiap cakram yang
tidak sempurna ditolak dan didaur ulang. Cakram
induk ini sekarang menekan seluruh bagian di tengah dengan pons hidrolik,
dikemas, dan kemudian siap untuk tahap berikutnya di studio mastering.
LANGKAH 2:
CUTTING THE MASTER DISK
Insinyur menempatkan master disk pada
mesin bubut. Sebuah garis vakum ditempatkan pada pusat dari disk. Insinyur itu
sekarang menggerakan cutter dan mikroskop di atas disk,
cutter diturunkan, dan pemotongan tes
dilakukan. Mikroskop kemudian digunakan untuk memeriksa alur tes dan
penyesuaian yang dianggap perlu dilakukan untuk dipotong. Setelah memotong alur terkemuka,
sinyal audio dimulai dan safir tip cutter
mengubah suara ke dalam permukaan disk.
Dari awal sampai akhir perekaman akan
menjadi salah satu alur terus menerus sementara komputer memantau pemotongan
dan menyesuaikan jarak antara alur sesuai kebutuhan. Pada akhir proses
perekaman Lift cutter dan disk diperiksa, jika diterima maka diberi tulisan di
akhir alur dan siap untuk tahap berikutnya.
LANGKAH 3. CREATING THE VINYL STAMPER
Master disc dicuci dengan sabun dan air dan
kemudian disemprot dengan timah klorida cair dan perak cair, timah klorida
adalah sensitizer yang membantu perak menempel lacquer.
Satu sisi disk sekarang sempurna dilapisi
perak. disk dicelupkan dalam bak bermuatan listrik nikel.
Selanjutnya lapisan logam akan lepas dari
pernis disk yang asli, ini sekarang disebut stamper dan akan digunakan untuk
menekan piringan hitam. Stamper ditempatkan pada mesin yang pukulan keseluruhan tepat di tengah dan tepi dari disk dipangkas sempurna dengan
diameter 12".
LANGKAH 4: CREATING
THE FINISHED VINYL RECORD
Pelet polyvinylchloride hitam ditempatkan dalam
extruder yang mengubah mereka menjadi kecil 'biskuit' dimana label rekaman
ditempatkan di kedua sisi. Biskuit tersebut kemudian ditempatkan dalam sebuah
alat tekan (press) yang memiliki dua stampers dipasang di dalamnya (satu untuk
setiap sisi catatan). Press berlaku
100 ton tekanan pada 190 ° Celsius.
Ke kedua sisi biskuit yang mencair dan cetakan itu ke dalam
catatan vinyl yang didinginkan dan dipangkas. Dan jadilah vilyn (piringan hitam)
TEKNIK PEREKAMAN PIRINGAN HITAM
Prinsip
yang digunakan adalah bahwa gelombang suara dapat menyebabkan sebuah diafragma
yang membawa sebuah jarum, untuk menggores jalur berbentuk gelombang dalam
bahan lunak.
Pada
teknik rekaman yang paling tua, piringan tergores secara sederhana dengan cara
berbicara ke dalam sebuah diafragma yang terpasang pada sebuah jarum yang
menggores jalur dalam tabung lilin berputar. Sejak saat itu menjadi sejarah
perekaman dan sampai sekarang cara dan prinsipnya tetap sama, yaitu menggunakan
gelombang suara untuk menyebabkan jalur tergores dalam bentuk gelombang suara
pada bahan yang termasuk lunak, dan dapat diproduksi dalam bentuk piringan
dalam jumlah besar dengan cetakan.
Pada
masa sekarang, cara perekaman piringan hitam merupakan suatu gabungan yang
sangat rumit dari teknik-teknik listrik dan mekanik. Suara dari sejumlah
mikropon digabungkan, dipadukan dan direkam pada pita magnetis. Selanjutnya
pita magnetis dimainkan kembali, dan setelah penguatan, gelombang listrik
terakhir digunakan untuk menjalankan perangkat penggores dari sebuah alat bubut
perekam. Ini terdiri dari sebuah pesawat putar piringan hitam yang sangat rumit
dengan konstruksi yang baik, dan penggores yang terdiri dari sebuah pena
(stylus) yang dijalankan oleh getaran elektromagnetis yang serupa dengan
mekanisme pengeras suara yang dijalankan oleh gelombang listrik dari penguat.
Sesuai
dengan namanya, perangkat perekaman (penggores) digerakkan secara teratur
melintasi piringan oleh sebuah mekanisme pesawat jalur-ulir yang hampir serupa
dengan pesawat penggores ulir yang digunakan dalam sebuah rancangan alat bubut.
Apabila tidak ada isyarat listrik, gerakan ulir menjamin penggoresan jalur
spiral, dimulai dari pinggiran piringan dan berakhir dekat pusat dan memakan
waktu kira-kira 20 – 30 menit untuk satu goresan yang sempurna dalam
“Long-play” yang paling modern. Bila perangkat penggores digerakkan oleh
isyarat listrik, pena akan bergetar dari sisi ke sisi, dalam gerakan yang
rumit, sehingga jalur tergores dalam bentuk gelombang. Hal tersebut ditunjukkan
sebagai jalur yang dimodulasi seperti gambar di bawah ini :
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perekam_suara#Piringan_Hitam
http://1note.co.uk/how-a-vinyl-record-is-made/
http://id.wikipedia.org/wiki/Audio_digital
https://en.wikipedia.org/wiki/Vinyl_disc_records_preservation
http://www.recordcollectorsguild.org/modules.php?op=modload&name=Sections&file=index&req=viewarticle&artid=44&page=1